Oleh Dinar Zul Akbar
Alangkah lucunya dakwah ini. Ketika para Ustadz menjadikan dakwah
sebagai profesi. Maka tak heran para Asatizah itu pun berlomba
memperkaya diri. Dari mulai BlackBerry, sampai mobil Mercy semuanya pun
dibeli. Apakah tak mereka baca siroh Muhammad SAW sang Nabi. Rasulullah
SAW tidak meninggalkan dinar, dirham, hamba sahaya perempuan ataupun
laki-laki. Beliau SAW hanya meninggalkan himar putih, pedang, dan
sebidang tanah yang sudah disedekahkan kepada para Ibnu Sabil
sebagaimana yang telah diriwayatkan Imam Bukhori (Fiqh Siroh: Al-Buthy).
Alangkah lucunya dakwah ini. Tatkala Qiyadah menuntut Jundinya untut selalu taat dalam mengabdi. “Sudah, tsiqoh sajalah akhiy/ukhty” adalah dalil mereka selama ini. Aneh, padahal mereka hanyalah manusia bukanlah para Nabi. Maka, kasihanlah para si Jundi. Mereka selalu diancam tentang ancaman keluar dari jama’ah bakalan melanggar aturan syar’i. Mereka diancam dengan hadits Nabi SAW bahwa menginggalkan jama’ah akan mati dalam keadaan jahili. Tapi mereka lupa akan kalam Illahi, “mereka menjadikan orang alim (Yahudi) dan rahibnya (nasrani) sebagai Tuhan Selain Allah…” At-Taubah (9) : 31; coba baca apa nggak ngeri?
Alangkah lucunya dakwah ini. Tatkala Qiyadah menuntut Jundinya untut selalu taat dalam mengabdi. “Sudah, tsiqoh sajalah akhiy/ukhty” adalah dalil mereka selama ini. Aneh, padahal mereka hanyalah manusia bukanlah para Nabi. Maka, kasihanlah para si Jundi. Mereka selalu diancam tentang ancaman keluar dari jama’ah bakalan melanggar aturan syar’i. Mereka diancam dengan hadits Nabi SAW bahwa menginggalkan jama’ah akan mati dalam keadaan jahili. Tapi mereka lupa akan kalam Illahi, “mereka menjadikan orang alim (Yahudi) dan rahibnya (nasrani) sebagai Tuhan Selain Allah…” At-Taubah (9) : 31; coba baca apa nggak ngeri?
Alangkah lucunya dakwah ini. Ketika Qiyadah menyuruh kita untuk
memperkaya diri. Dia bilang bahwa seorang Muslim itu harus Kaya dan
banyak materi. Dia juga bilang bahwa dulu Nabi SAW ketika menikah
maharnya adalah puluhan unta yang zaman sekarangnya diqiyaskan dengan
mobil Mercy. Dia juga bilang bahwa Abu Bakr, Umar, Utsman, Abd Rohman
ibn Auf adalah para bangsawan yang hartanya tak bisa dihitung dengan
jari. Akan tetapi, Qiyadah itu juga lupa untuk bilang bahwa infaq mereka
juga sangat-sangat tinggi. Mereka serahkan seluruh hartanya untuk Allah
dan Muhammad SAW sang Nabi. Bahkan Abu Bakr seluruh hartanya ia
infakkan di jalan jihad yang sangat ia cintai. Sebuah pertanyaan, apakah
Qiyadah mengambil contoh dari Nabi SAW atau malah Qorun sang kaya raya
yang dimurkai. Surat At-Takatsur yang lebih tepat untuk menjawab hal
ini.
Alangkah lucunya dakwah ini. Ketika manuver Qiyadah sering
membingungkan para Jundi. Dari mulai melegalkan miras, judi, sampai
ingin membubarkan Komisi Pemberantasan Korupsi. Atau mementaskan dangdut
dengan dalih supaya lebih dekat dengan rakyat negeri. Berubahlah
Qiyadah menjadi makelar umat yang umatnya bisa dijual dan dibeli. Maka
dibuat-lah acara untuk mengejar kuantitas ketimbang kualitas yang
mumpuni. “Dan janganlah engkau mencampur adukkan kebenaran dan
kebatilan…” Al-Baqarah [2] : 42; coba dah dibaca lagi.
Alangkah lucunya dakwah ini. Terutama bagi mereka yang mengaku da’i.
Nyatanya sudah tidak ada lagi hijab antara da’i perempuan dan da’i
laki-laki. Terlebih lagi ketika zaman sudah beralih ke teknologi yang
super tinggi. Mungkin jika Karl Max masih hidup ia akan berkata Facebook
sudah menjadi candu, kini. Padahal situs itu adalah situs jejaring
sosial bukan situs jejaring pribadi. Maka, sudah selayaknya yang
dikeluhkan adalah masalah sosial bukan masalah diri sendiri. Bukankah
Allah memerintahkan kepada manusia untuk tidak bersedih hati? Tak
percaya? tolong dibaca at taubah 40 sekali lagi.
Alangkah lucunya dakwah ini. Ketika HP sudah menjadi kacang goreng,
dimana saja bisa ditemui. Maka berbondong-bondonglah para da’i membeli
barang mungil ini. Ditambah dengan berbagai macam bonus yang ditawarkan
provider membuat mereka menjadi lupa diri. Diskusi agama lawan jenis via
SMS selalu menghiasi hari-hari mereka yang sunyi. Maka setan pun masuk
melalui celah yang mungkin tak disadari. Bukankah kesungguhan setan
dalam menyesatkan manusia sudah tidak diragukan lagi? Al-A’arof [7] ayat
7, kali ini yang menjadi saksi.
Alangkah lucunya dakwah ini. Ketika mereka da’i lebih memilih
menonton Indonesia vs Arab Saudi. Ketimbang untuk sholat ‘Isya di masjid
yang mungkin jaraknya hanyalah beberapa kaki. Atau ketika adzan Shubuh
menjelang mereka masih saja sujud di atas ranjang empuk yang membuat
nyaman diri dan memberatkan kaki. Atau meninggalkan puasa sunnah dengan
alasan lelah karena rutinitas sehari-hari.
Alangkah lucunya dakwah ini. Ketika mereka da’iyah membiarkan dirinya
dilihat orang lain dengan sesuka hati. Mereka upload foto cantiknya di
dunia maya yang tanpa mereka sadari menjadi konsumsi para laki-laki.
Secara tak sadar mereka juga terkena virus feminim yang makin
menjadi-jadi. Mereka secara tak sadar terkadang menuntut persamaan
dengan kaum laki-laki. Maka tak sedikit dengan alasan dakwah banyak
diantara mereka yang pulang syuro sudah larut malam hari.
Alangkah lucunya dakwah ini. Jika tulisan ini dianggap sebagai
cerminan orang yang iri apalagi sakit hati. Ini merupakan pendapat salah
satu jundi yang bisa juga dianggap sebuah koreksi. Lagi-lagi ini bukan
untuk cari sensasi. Dan Insya Allah ini hanya dibuat dengan niat yang
bersih dan dilandasi cinta yang suci.
http://nebarto.wordpress.com/2011/10/21/alangkah-lucunya-dakwah-ini/
: