Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kecenderungan untuk
berteman. Islam menganjurkan untuk menjalin pertemanan dengan baik.
Pertemanan yang di dalamnya saling menasihati untuk menetapi kebenaran
dan kesabaran (QS Al-’Ashr [103]: 3).
Islam juga mengingatkan penganutnya agar berhati-hati dalam memilih
teman. Sayidina Ali RA pernah berkata, “Kalau kalian ingin melihat
kepribadian seseorang, lihatlah bagaimana teman-temannya.” Rasulullah
juga mengingatkan, “Seseorang itu dipengaruhi oleh agama teman-temannya.
Oleh sebab itu, berhati-hatilah dengan siapa kita bergaul.”
Ali Zaenal Abidin berkata kepada putranya, “Wahai anakku, berhati-hatilah terhadap lima kelompok. Jangan berteman dan jangan berbicara kepada mereka, serta jangan menjadikannya teman dalam perjalanan.” Lalu putranya bertanya tentang lima kelompok itu.
Ali Zaenal Abidin berkata kepada putranya, “Wahai anakku, berhati-hatilah terhadap lima kelompok. Jangan berteman dan jangan berbicara kepada mereka, serta jangan menjadikannya teman dalam perjalanan.” Lalu putranya bertanya tentang lima kelompok itu.
Sang ayah pun menjawab,
“Pertama, berhati-hatilah dan jangan bergaul dengan orang yang
berkata dusta. Dia bagaikan bayangan yang mendekatkan engkau dari
sesuatu yang jauh dan menjauhkan engkau dari hal yang dekat.
Kedua, berhati-hatilah dan jangan bergaul dengan orang yang fasik,
sebab dia akan menjualmu seharga butiran atau lebih rendah dari itu.”
“Ketiga, berhati-hatilah engkau dan jangan bergaul dengan orang
kikir, sebab dia akan menjauhkanmu dari hartanya ketika engkau
memerlukannya.
Keempat, berhati-hatilah engkau dan jangan bergaul dengan orang yang
dungu, sebab dia ingin mendapat manfaat darimu, tetapi mencelakakanmu.
Kelima, berhati-hatilah dan jangan bergaul dengan orang yang tidak
memperhatikan kerabatnya, sebab aku mendapatkannya sebagai orang yang
dilaknat Alquran dalam tiga tempat (ayat).”
Nasihat itu menunjukkan bahwa pertemanan sejati dapat dijalin dengan
kejujuran, ketaatan beragama, kedermawanan, kemauan belajar, dan
silaturahim. Kejujuran dapat menunjukkan dan menerima kebenaran.
Kedermawanan dapat mendekatkan hubungan antarmanusia. Kemauan belajar
dapat membuat orang saling memahami dan menghargai. Sedangkan,
silaturahim dapat menjalin persaudaraan, umur panjang, dan kelimpahan
rezeki.
Dalam pandangan Islam, teman juga dapat berupa perilaku atau amal.
Oleh sebab itu, umat Islam dianjurkan mencari dan membinanya. Iman dan
amal saleh dalam pandangan Islam dapat menolong dan menyelamatkan
seseorang dari kehinaan.
Sayidina Ali berkata, “Sesungguhnya, ada tiga jenis teman bagi seorang Muslim.
Pertama, teman yang berkata, ‘Aku bersamamu di kala engkau hidup atau pun mati,’ dan inilah amalnya.
Kedua, teman yang berkata, ‘Aku bersamamu hanya sampai kuburanmu, kemudian meninggalkanmu,’ Inilah anaknya.”
“Ketiga, teman yang berkata, ‘Aku bersamamu hingga engkau mati,’
inilah kekayaannya yang akan menjadi milik ahli waris ketika dia
meninggal.” Amal salehlah yang dapat menolong seseorang tatkala
menghadapi pengadilan Tuhan dan tatkala tiada seorang pun sebagai
penolong.” Oleh karena itu, setiap Muslim perlu memperhatikan etika
pertemanan dan berusaha menjadi teman yang sejati.
: